Ini
adalah bagian dari kalimat Ali Bin Abi Thalib RA pada Artikel saya
sebelumnya “Yang Pintar Membodohi, Yang Bodohpun Tidak Tahu Diri” sebuah
kekhawatiran Ali Bin Abti Thalib dimana suatu masa yang dapat menggilas
keimanan, Fenomena bodoh membodohi di Bangsa kita ini sepertinya belum
dapat dihentikan, karena tidak boleh pesimis maka saya Optimis suatu
saat karakter bodoh membodohi ini bisa dapatdihapuskan. Sebenarnya
Artikel ini saya ingin diberi judul Kembali Bangsa ini Dibodohi? Agar
bisa fokus dengan kasus yang akan saya bahas, tetapi saya ingin
membuatnya terbuka, mungkin siapa tahu ada pembaca yang memiliki
analisis tajam beserta contohnya.
Kasus
yang saya ingin angkat dalam hal ini adalah Bodoh Membodohi dalam
bidang Politik di Indonesia, terlebih Media di kitapun belum independen
benar masih bisa dibayar untuk menggiring opini begitu laporan dari
teman-teman saya di Jakarta. Kasus terakhir yang berkembang adalah
Kaburnya NAZARUDIN dan SMS FITNAH Kepada Partai Demokrat, berulang kali
saya menulis untuk mengingatkan kita semua untuk tidak terkecoh dengan
drama-drama cantik tingkat tinggi Politisi kita di Jakarta, saya melihat
bisa jadi SMS Fitnah itu bukan dari lawan politik Demokrat sebagaimana
Opini yang ingin dibangun Partai Demokrat di Media saat ini, dan begitu
banyak kita terkecoh dengan semua ini, yang kita bahas berhari-hari
adalah SMS FITNAH yang disebarkan seseorang bernama NAZAR dari
Singapura. Kemungkinan terbesar menurut saya SMS ini adalah Propaganda
Pencitraan Partai Demokrat setelah rusak dengan kasus Nazarudin, sejak
Nazarudin di angkat media secara luas oleh media, bahkan di media-media
journaslis sitizen pun membombardir Partai Demokrat, dipastikan
elektabilitas publik kepada Partai Demokrat menurun drastis, nah
bagaimana cara mengembalikannya citra Partai ? Tidak ada jalan lain
dengan membuat propaganda bahwa Partai Demokrat sedang “dihabisi” lawan
politiknya dengan mengharapkan “Belas Kasih” Publik, karena sebagaimana
pembaca ketahui bangsa kita akan memberikan dukungan kepada orang-orang
yang teraniaya, seperti terpilihnya YUDHOYONO menjadi Presiden saat di
“aniaya” oleh Megawati, dah biasa menurut saya cara-cara politik seperti
ini. Maksud belas kasih yang saya maksud adalah Partai Demokrat akan
menggiring opini bahwa SMS Fitnah ini merupakan perbuatan tercela, tidak
berperikemanusiaan, sehingga presiden SBY pun turun tangan menyampaikan
Pidato menantang sang pengirim SMS Fitnah tersebut untuk keluar dan
gentleman berhadapan langsung dengan SBY, sebuah drama menarik bukan?,
Opini publik yang awalnya “mencerca” SBY, Partai Demokrat dan Pemerintah
dalam hal ini karena kasus Nazarudin, Korupsi di Departemen Pemuda dan
Olahraga kembali terlupakan karena yang orang ingat saat ini adalah SBY,
Partai Demokrat sedang difitnah, dihabisi lawan politik mereka, bahkan
nantinya ujung-ujungnya adalah membuat opini Korupsi di Kementrian
Pemuda dan Olahraga, Nazarudinpun adalah perbuatan mereka yang tidak
senang pada SBY dan Partai Demokrat, dan pada akhirnya kemungkinan
Nazarudin tidak dihukum karena sulit untuk membuktikannya.
Hal
ini serupa dengan kasus BANK CENTURY dan LSM BENDERA, dimana dalam
Artikel saya beberapa waktu lalu soal ini menyebutkan dan menyimpulkan
bahwa “Saya seyakin-yakinnya, LSM BENDERA tidak dihukum” karena memang
semua ini hanya drama, untuk mempopulerkan tokoh-tokoh democrat waktu
itu, sebut saja Malaranggeng bersaudara bahkan Baskoro anak sang
presiden pun mulai diangkat, untuk apa? And abaca saja Artikel Saya yang
berjudul “ NUMPANG BEKEN VIA SCANDAL CENTURY”, atau cuplikan dari
Artikel tersebut saya tuliskan disini : “
Luar
biasa, Bola Panas Skandal Century menggelinding hebat, dan begitu
banyak orang orang ‘numpang’ beken lewat skandal ini. Lihat saja LSM
Bendera , Jaringan Aktivis Indonesia dan NGO yang mengumumkan aliran
dana bank century itu ke beberapa lembaga dari KPU, Partai Demokrat dan
beberapa nama pejabat penting sekiling presiden.
Setelah
kita mendengar dan sekaligus menyaksikan betapa luar biasanya kasus ini
membuat sebagian orang berkomentar “tu kan, dibalik kemenangan dan
kemegahan SBY di danai Century”, ada juga yang berkomentar “ data yang
dibeberkan itu tidak benar” dan masih banyak lagi kesimpulan lainnya.
Saya
melihatnya sedikit berbeda, terlepas benar atau tidak data yang di
beberkan oleh LSM Bendera tersebut saya ingin menyebutnya ini “ Drama
Politik “ tingkat tinggi di Indonesia, coba betapa banyak orang yang
menjadi tenar melalui skandal Bank Century ini. Jika data itu benar maka
kemungkinan besarnya hancurnya “dynasty” SBY sebelum masa jabatannya
berakhir di tahun 2014 mendatang, artinya semua orang yang disebutkan
LSM Bendera itu di tangkap penegak Hukum, itupun jika penegak hukum kita
berani menangkap orang-orang penting sekeliling SBY bahkan SBY nya
sendiri jika terbukti terlibat. Tetapi rasa-rasanya ingin saya katakana
“ga mungkin” karena apa, citra penegakan hukum kita carut marut, belum
lagi ‘ketundukan’ banyak oang di bawah presiden.
Orang
akan menyangkal saya “oh tidak pak, buktinya besan presiden ditangkap
KPK”. Pendapat itu betul dan tidak salah karena faktanya itu memang
benar besan presiden RI ditangkap KPK, tetapi perlu kita ketahui bersama
mengapa terjadi, jika kita menilik lebih lanjut maka saat itu politik
pencitraan presiden sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh tim sukses
SBY dan kini berhasil bukan? Buktinya SBY memimpin lagi di negeri penuh
dongeng ini. Di Negara lain biasa terjadi , jika mau menjadi presiden
sang calon menembak mati anak sendiri dan kemudian dibuatlah opini bahwa
dia terzalimi dan anaknya mati dibunuh oleh lawan politiknya, akhirnya
dia mendapat simpati rakyat dan kemudian terpilih menjadi presiden. Di
penjarakannya besan presiden RI pada waktu itu kemungkinan adanya untuk
menaikan citra SBY agar menegaskan komitmen SBY untuk memberantas
korupsi terbangun, pada akhirnya SBY jadi presiden lagi saat ini, dengan
salah satu isunya bahwa presiden berani memenjarakan besannya.
Nah,
bagaimana dengan skandal bank century ini? Coba kit baca lebih dalam
lagi yang tersirat dari semua kisah ini, sekali lagi terlepas dari bahwa
apakah data yang dibeberkan LSM Bendera ini salah atau benar, saya
ingin memberikan sebuah alternatif analisis, kita tidak tahu mungkin
saja LSM Benderapun adalah bagian dari propaganda partai Demokrat atau
lebih tepatnya “Dinasty” SBY. Mengapa? 2014 merupakan akhir dari jabatan
SBY dan tidak mungkin lagi bagi SBY untuk menjabat di periode
selanjutnya yaitu periode 2014-2019, sedangkan Demokrat belum punya
kader siapa yang akan menggantikan SBY selanjutnya dari Partai Demokrat,
Skandal Bank Century merupakan momen yang tepat untuk memeperkenalkan
tokoh-tokoh yang belum begitu dikenal masyarakat, diantaranya anak
presiden sendiri, di dalama data yang di beberkan oleh LSM Bendera,
termasuk didalamnya anak presiden RI menerima aliran dana century
tersebut.
Menurut
saya, bisa jadi LSM Bendera mengerjakan itu atas ‘perintah’ yang
berkuasa. Setelah mendapat jaminan tidak akan dipenjara, permainan isu
tersebut menjadikan nama-nama tokoh yang disebut LSM Bendera menjadi
buah bibir dalam pemberitaan, dan kemudian secara beramai-ramai
melaporkan Aktivis LSM Bendera ke kepolisian. Tapi kemudian suatu saat
nanti memang data dari LSM Bendera tidak terbukti karena tujuannya
mengangkat citra positif Partai Demokrat dan yang tidak kalah pentingnya
terangkatnya citra positif penerus ‘dinaty’ SBY untuk tahun 2014-2019.
Sedangkan aktivis LSM Bendera tidak akan dipenjara karena ini adalah
Drama Politik. Drama yang paling sering terjadi di belahan dunia
manapun, saat ingin mempertahankan kekuaasaan dengan membangun citra
positif dengan cara apapun bahkan dengan mengorbankan rakyat sekalipun.
Wallahu ‘alam
Bisa Anda baca di : http://politik.kompasiana.com/2010/12/15/numpang-beken-via-skandal-century/
Betapa
banyaknya orang pintar yang membodohi bangsanya sendiri di Negeri ini,
dan orang-orang bodoh dalam bangsa kitapun tidak tahu diri, tidak
mengerti sedang dibodohi, Sampai Kapan ini berlanjut Saudaraku? Sampai
Kapan ? Sampai orang-orang pintar membodohi orang-orang bodoh itu mati?
Wallahu ‘alam
Bandung , 1 Juni 2011
Selamat Berpancasila
Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar