Categories

Senin, 09 Maret 2015

Yang Pintar Membodohi, Yang Bodoh Tidak Tahu Diri

Ini adalah bagian dari kalimat Ali Bin Abi Thalib RA pada Artikel saya sebelumnya “Yang Pintar Membodohi, Yang Bodohpun Tidak Tahu Diri” sebuah kekhawatiran Ali Bin Abti Thalib dimana suatu masa yang dapat menggilas keimanan, Fenomena bodoh membodohi di Bangsa kita ini sepertinya belum dapat dihentikan, karena tidak boleh pesimis maka saya Optimis suatu saat karakter bodoh membodohi ini bisa dapatdihapuskan. Sebenarnya Artikel ini saya ingin diberi judul Kembali Bangsa ini Dibodohi? Agar bisa fokus dengan kasus yang akan saya bahas, tetapi saya ingin membuatnya terbuka, mungkin siapa tahu ada pembaca yang memiliki analisis tajam beserta contohnya.
Kasus yang saya ingin angkat dalam hal ini adalah Bodoh Membodohi dalam bidang Politik di Indonesia, terlebih Media di kitapun belum independen benar masih bisa dibayar untuk menggiring opini begitu laporan dari teman-teman saya di Jakarta. Kasus terakhir yang berkembang adalah Kaburnya NAZARUDIN dan SMS FITNAH Kepada Partai Demokrat, berulang kali saya menulis untuk mengingatkan kita semua untuk tidak terkecoh dengan drama-drama cantik tingkat tinggi Politisi kita di Jakarta, saya melihat bisa jadi SMS Fitnah itu bukan dari lawan politik Demokrat sebagaimana Opini yang ingin dibangun Partai Demokrat di Media saat ini, dan begitu banyak kita terkecoh dengan semua ini, yang kita bahas berhari-hari adalah SMS FITNAH yang disebarkan seseorang bernama NAZAR dari Singapura. Kemungkinan terbesar menurut saya SMS ini adalah Propaganda Pencitraan Partai Demokrat setelah rusak dengan kasus Nazarudin, sejak Nazarudin di angkat media secara luas oleh media, bahkan di media-media journaslis sitizen pun membombardir Partai Demokrat, dipastikan elektabilitas publik kepada Partai Demokrat menurun drastis, nah bagaimana cara mengembalikannya citra Partai ? Tidak ada jalan lain dengan membuat propaganda bahwa Partai Demokrat sedang “dihabisi” lawan politiknya dengan mengharapkan “Belas Kasih” Publik, karena sebagaimana pembaca ketahui bangsa kita akan memberikan dukungan kepada orang-orang yang teraniaya, seperti terpilihnya YUDHOYONO menjadi Presiden saat di “aniaya” oleh Megawati, dah biasa menurut saya cara-cara politik seperti ini. Maksud belas kasih yang saya maksud adalah Partai Demokrat akan menggiring opini bahwa SMS Fitnah ini merupakan perbuatan tercela, tidak berperikemanusiaan, sehingga presiden SBY pun turun tangan menyampaikan Pidato menantang sang pengirim SMS Fitnah tersebut untuk keluar dan gentleman berhadapan langsung dengan SBY, sebuah drama menarik bukan?, Opini publik yang awalnya “mencerca” SBY, Partai Demokrat dan Pemerintah dalam hal ini karena kasus Nazarudin, Korupsi di Departemen Pemuda dan Olahraga kembali terlupakan karena yang orang ingat saat ini adalah SBY, Partai Demokrat sedang difitnah, dihabisi lawan politik mereka, bahkan nantinya ujung-ujungnya adalah membuat opini Korupsi di Kementrian Pemuda dan Olahraga, Nazarudinpun adalah perbuatan mereka yang tidak senang pada SBY dan Partai Demokrat, dan pada akhirnya kemungkinan Nazarudin tidak dihukum karena sulit untuk membuktikannya.
Hal ini serupa dengan kasus BANK CENTURY dan LSM BENDERA, dimana dalam Artikel saya beberapa waktu lalu soal ini menyebutkan dan menyimpulkan bahwa “Saya seyakin-yakinnya, LSM BENDERA tidak dihukum” karena memang semua ini hanya drama, untuk mempopulerkan tokoh-tokoh democrat waktu itu, sebut saja Malaranggeng bersaudara bahkan Baskoro anak sang presiden pun mulai diangkat, untuk apa? And abaca saja Artikel Saya yang berjudul “ NUMPANG BEKEN VIA SCANDAL CENTURY”, atau cuplikan dari Artikel tersebut saya tuliskan disini : “
Luar biasa, Bola Panas Skandal Century menggelinding hebat, dan begitu banyak orang orang ‘numpang’ beken lewat skandal ini. Lihat saja LSM Bendera , Jaringan Aktivis Indonesia dan NGO yang mengumumkan aliran dana bank century itu ke beberapa lembaga dari KPU, Partai Demokrat dan beberapa nama pejabat penting sekiling presiden.
Setelah kita mendengar dan sekaligus menyaksikan betapa luar biasanya kasus ini membuat sebagian orang berkomentar “tu kan, dibalik kemenangan dan kemegahan SBY di danai Century”, ada juga yang berkomentar “ data yang dibeberkan itu tidak benar” dan masih banyak lagi kesimpulan lainnya.
Saya melihatnya sedikit berbeda, terlepas benar atau tidak data yang di beberkan oleh LSM Bendera tersebut saya ingin menyebutnya ini “ Drama Politik “ tingkat tinggi di Indonesia, coba betapa banyak orang yang menjadi tenar melalui skandal Bank Century ini. Jika data itu benar maka kemungkinan besarnya hancurnya “dynasty” SBY sebelum masa jabatannya berakhir di tahun 2014 mendatang, artinya semua orang yang disebutkan LSM Bendera itu di tangkap penegak Hukum, itupun jika penegak hukum kita berani menangkap orang-orang penting sekeliling SBY bahkan SBY nya sendiri jika terbukti terlibat. Tetapi rasa-rasanya ingin saya katakana “ga mungkin” karena apa, citra penegakan hukum kita carut marut, belum lagi ‘ketundukan’ banyak oang di bawah presiden.
Orang akan menyangkal saya “oh tidak pak, buktinya besan presiden ditangkap KPK”. Pendapat itu betul dan tidak salah karena faktanya itu memang benar besan presiden RI ditangkap KPK, tetapi perlu kita ketahui bersama mengapa terjadi, jika kita menilik lebih lanjut maka saat itu politik pencitraan presiden sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh tim sukses SBY dan kini berhasil bukan? Buktinya SBY memimpin lagi di negeri penuh dongeng ini. Di Negara lain biasa terjadi , jika mau menjadi presiden sang calon menembak mati anak sendiri dan kemudian dibuatlah opini bahwa dia terzalimi dan anaknya mati dibunuh oleh lawan politiknya, akhirnya dia mendapat simpati rakyat dan kemudian terpilih menjadi presiden. Di penjarakannya besan presiden RI pada waktu itu kemungkinan adanya untuk menaikan citra SBY agar menegaskan komitmen SBY untuk memberantas korupsi terbangun, pada akhirnya SBY jadi presiden lagi saat ini, dengan salah satu isunya bahwa presiden berani memenjarakan besannya.
Nah, bagaimana dengan skandal bank century ini? Coba kit baca lebih dalam lagi yang tersirat dari semua kisah ini, sekali lagi terlepas dari bahwa apakah data yang dibeberkan LSM Bendera ini salah atau benar, saya ingin memberikan sebuah alternatif analisis, kita tidak tahu mungkin saja LSM Benderapun adalah bagian dari propaganda partai Demokrat atau lebih tepatnya “Dinasty” SBY. Mengapa? 2014 merupakan akhir dari jabatan SBY dan tidak mungkin lagi bagi SBY untuk menjabat di periode selanjutnya yaitu periode 2014-2019, sedangkan Demokrat belum punya kader siapa yang akan menggantikan SBY selanjutnya dari Partai Demokrat, Skandal Bank Century merupakan momen yang tepat untuk memeperkenalkan tokoh-tokoh yang belum begitu dikenal masyarakat, diantaranya anak presiden sendiri, di dalama data yang di beberkan oleh LSM Bendera, termasuk didalamnya anak presiden RI menerima aliran dana century tersebut.
Menurut saya, bisa jadi LSM Bendera mengerjakan itu atas ‘perintah’ yang berkuasa. Setelah mendapat jaminan tidak akan dipenjara, permainan isu tersebut menjadikan nama-nama tokoh yang disebut LSM Bendera menjadi buah bibir dalam pemberitaan, dan kemudian secara beramai-ramai melaporkan Aktivis LSM Bendera ke kepolisian. Tapi kemudian suatu saat nanti memang data dari LSM Bendera tidak terbukti karena tujuannya mengangkat citra positif Partai Demokrat dan yang tidak kalah pentingnya terangkatnya citra positif penerus ‘dinaty’ SBY untuk tahun 2014-2019. Sedangkan aktivis LSM Bendera tidak akan dipenjara karena ini adalah Drama Politik. Drama yang paling sering terjadi di belahan dunia manapun, saat ingin mempertahankan kekuaasaan dengan membangun citra positif dengan cara apapun bahkan dengan mengorbankan rakyat sekalipun. Wallahu ‘alam
Betapa banyaknya orang pintar yang membodohi bangsanya sendiri di Negeri ini, dan orang-orang bodoh dalam bangsa kitapun tidak tahu diri, tidak mengerti sedang dibodohi, Sampai Kapan ini berlanjut Saudaraku? Sampai Kapan ? Sampai orang-orang pintar membodohi orang-orang bodoh itu mati?
Wallahu ‘alam
Bandung , 1 Juni 2011
Selamat Berpancasila
Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar