PAC G.P ANSOR NGADIROJO |
KH Umar Tumbu merupakan figur Kiai yang nasihatnya selalu menyejukkan.
Kehadirannya selalu dirindukan oleh umat. Wajahnya yang penuh keteduhan
menjadikan siapapun ingin selalu dekat berada di sampingnya.
Banyak
ulama yang terkesan dengan kepribadian dan kharismatiknya Mbah Umar
Tumbu. Di antara ulama yang memiliki kedekatan dengannya adalah Habib
Luthfi bin Yahya dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj (Kang Said).
Kang
Said memiliki kesan tersendiri terhadap kiai yang menjadi Mustasyar
PCNU Pacitan ini. Tiap kali berkunjung ke Pacitan, pertama yang
ditanyakan oleh Kiai Said adalah, di mana dan bagaimana kabar Mbah Umar.
"Mbah Umar pundi (Mbah Umar mana?) Mbah Umar sehat geh,"
tanya Kang Said tiap kali sampai di lokasi acara. Hal ini menunjukkan
kerinduan dan penghormatan Kang Said terhadap ulama sepuh yang menjadi
pelita bagi Nahdlatul Ulama itu.
Terakhir, dalam sebuah acara
yang digelar oleh PAC GP Ansor NU Ngadirojo, Pacitan, Jawa Timur, Rabu
31 Agustus 2016, Kang Said berkesempatan bertemu dan bersilaturahmi
kembali dengan Mbah Umar Tumbu, yang waktu itu kondisi kesehatannya
sudah mulai menurun.
Pada kesempatan itu, Kang Said sempat
meminta nasihat, doa, dan restu kepada Mbah Umar agar senantiasa
istiqamah dalam memimpin Jamiyyah Nahdlatul Ulama.
Di situ Mbah
Umar mendoakan agar Nahdlatul Ulama menjadi semakin besar dan bisa
menjadi penuntun umat Islam. Selain itu, Mbah Umar berdoa agar umat
Islam selalu dijaga persatuannya dan diberikan keselamatan dunia dan
akhirat.
KH Umar Syahid biasa disapa dengan Mbah Umar Tumbu. Ia
wafat pada Rabu (4/1) malam pukul 22.55 di RSUD Pacitan. Pada masa
remajanya ia menjadi murid KH Dimyathi Abdullah di Pesantren Tremas
Pacitan. Selama mondok, Mbah Umar tergolong santri yang kekurangan. Ia
terbiasa hidup prihatin, bahkan konon ia tidak memiliki bekal untuk
nyantri. Namun hal itu tidak menyurutkan kegigihan dan ketekunannya
untuk belajar.
Cintanya terhadap NU dan pesantren ditunjukkanya
dengan tidak pernah absen menghadiri acara yang digelar oleh NU atau
pesantren. Ia hadir di tengah para santri dan selalu menunggui acara
hingga selesai. Tidak hanya di Pacitan, di tengah kondisi fisiknya yang
sudah sepuh, Mbah Umar masih sering menghadiri kegiatan keagamaan di
Solo, Wonogiri, Ponorogo, dan Madiun. (Zaenal Faizin/Alhafiz K)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar