Categories

Kamis, 09 Februari 2017

LINTANG SONGO LOROK

LINTANG SONGO LOROK
Lintang Songo...
Adalah suatu majelis dzikir yg sekaligus wadah para generasi muda untuk membangkitkan rasa cinta kpd Rosululloh saw.
Majelis LINTANG SONGO
berdiri ditengah tengah masyarakat yg mayoritas masih awam dan gersang, khususnya dalam ilmu2 agama,
LINTANG SONGO
adalah majelis yg berada dibawah naungan
GP ANSOR PAC NGADIROJO, lorok pacitan.
Sholawat dn lantunan vocalis yg masih terkesan fals dan apa adanya, tak membuat lemah para pecinta Nabi. Yang Justru dengan kekurangan2 itu merupakan keunikan dn daya tarik tersendiri....
Selamat bergabung dn turut bersholawat kpd Nabi muhammad, semoga kelak kita semua mendapat syafaatnya, bijiwarih khoiro maq'ad.

Rabu, 01 Februari 2017

Menjadi Pengajak yang Bijak

Mengajak memiliki batasan-batasan.
Setidaknya ada dua tips yang bisa dipegang agar seseorang tak melampaui batasan tugas sebagai seorang pengajak. Pertama, muhâsabah (introspeksi). Meneliti aib orang yang paling bagus adalah dimulai dari diri sendiri. Muhasabah akan mengantarkan kita pada prioritas perbaikan kualitas diri sendiri, yang secara otomatis akan membawa pengaruh pada perbaikan lingkungan sekitarnya. Sebagaimana dikatakan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, “Ashlih nafsaka yashluh lakan nâs. Perbaikilah dirimu maka orang lain akan berbuat baik kepadamu.”

Kedua, tawâdlu‘ (rendah hati). Sikap ini tidak sulit tapi memang sangat berat. Rendah hati berbeda dari rendah diri. Tawaduk adalah kemenangan jiwa dari keinginan ego yang senantiasa merasa unggul: merasa paling benar, paling pintar, paling saleh, dan seterusnya—yang ujungnya meremehkan orang lain. Tawaduk membuahkan sikap menghargai orang lain, sabar, dan menghormati proses. Dalam perjalanan dakwah, tawaduk terbukti lebih menyedot banyak simpati dan menjadi salah satu kunci suksesnya sebuah seruan kebaikan. Fakta ini bisa kita lihat secara jelas dalam perjuangan Nabi dan pendakwah generasi terdahulu yang tercatat sejarah hingga kini. Wallâhu a‘lam bish-shwâb.

Doa Mbah Umar Tumbu Pacitan untuk NU di Hadapan Kang Said

PAC G.P ANSOR NGADIROJO

KH Umar Tumbu merupakan figur Kiai yang nasihatnya selalu menyejukkan. Kehadirannya selalu dirindukan oleh umat. Wajahnya yang penuh keteduhan menjadikan siapapun ingin selalu dekat berada di sampingnya.

Banyak ulama yang terkesan dengan kepribadian dan kharismatiknya Mbah Umar Tumbu. Di antara ulama yang memiliki kedekatan dengannya adalah Habib Luthfi bin Yahya dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj (Kang Said).

Kang Said memiliki kesan tersendiri terhadap kiai yang menjadi Mustasyar PCNU Pacitan ini. Tiap kali berkunjung ke Pacitan, pertama yang ditanyakan oleh Kiai Said adalah, di mana dan bagaimana kabar Mbah Umar.

"Mbah Umar pundi (Mbah Umar mana?) Mbah Umar sehat geh," tanya Kang Said tiap kali sampai di lokasi acara. Hal ini menunjukkan kerinduan dan penghormatan Kang Said terhadap ulama sepuh yang menjadi pelita bagi Nahdlatul Ulama itu.

Terakhir, dalam sebuah acara yang digelar oleh PAC GP Ansor NU Ngadirojo, Pacitan, Jawa Timur, Rabu 31 Agustus 2016, Kang Said berkesempatan bertemu dan bersilaturahmi kembali dengan Mbah Umar Tumbu, yang waktu itu kondisi kesehatannya sudah mulai menurun.

Pada kesempatan itu, Kang Said sempat meminta nasihat, doa, dan restu kepada Mbah Umar agar senantiasa istiqamah dalam memimpin Jamiyyah Nahdlatul Ulama.

Di situ Mbah Umar mendoakan agar Nahdlatul Ulama menjadi semakin besar dan bisa menjadi penuntun umat Islam. Selain itu, Mbah Umar berdoa agar umat Islam selalu dijaga persatuannya dan diberikan keselamatan dunia dan akhirat.

KH Umar Syahid biasa disapa dengan Mbah Umar Tumbu. Ia wafat pada Rabu (4/1) malam pukul 22.55 di RSUD Pacitan. Pada masa remajanya ia menjadi murid KH Dimyathi Abdullah di Pesantren Tremas Pacitan. Selama mondok, Mbah Umar tergolong santri yang kekurangan. Ia terbiasa  hidup prihatin, bahkan konon ia tidak memiliki bekal untuk nyantri. Namun hal itu tidak menyurutkan kegigihan dan ketekunannya untuk belajar.

Cintanya terhadap NU dan pesantren ditunjukkanya dengan tidak pernah absen menghadiri acara yang digelar oleh NU atau pesantren. Ia hadir di tengah para santri dan selalu menunggui acara hingga selesai. Tidak hanya di Pacitan, di tengah kondisi fisiknya yang sudah sepuh, Mbah Umar masih sering menghadiri kegiatan keagamaan di Solo, Wonogiri, Ponorogo, dan Madiun. (Zaenal Faizin/Alhafiz K)

Sudimoro Bersholawat




Mari bersholawat Sahabat,.....!
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَن صلَّى عليَّ صلاةً واحدةً ، صَلى اللهُ عليه عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وحُطَّتْ عنه عَشْرُ خَطياتٍ ، ورُفِعَتْ له عَشْرُ دَرَجَاتٍ
Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)”.
Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan anjuran memperbanyak shalawat tersebut, karena ini merupakan sebab turunnya rahmat, pengampunan dan pahala yang berlipatganda dari Allah Ta’ala.
dalam rangka Pelantikan Pengurus Ranting NU Se- Kecamatan Sudimoro Kabupaaten Pacitan Warga NU Sudimoro Mengajak masyarakat sudimoro khususnya dan umat Islam pada umumnya untuk bersholawat Nabi, dengan harapan kita bisa mendapatkan Syafaat Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
اللهم صل على سيدنا محمد